#TAKE 1. INTRODUCING.
Aku Ocha,anak pindahan dari salah satu kota pinggiran yang baru-baru ini terkenal. Jombang. Aku pindah karena pekerjaan orang tuaku yang harus ditugaskan ke kota kecil ini,Banyuwangi. Aku pindah dengan sejuta paksaan dan keluhan. Dengan sejuta kemarahan dan ketidaksetujuan. Namun aku menggali pengalamanku dan bangun dari keterpurukan yang mendera. Banyuwangi,tempatku menimba banyak pengalaman. Bertemu dengan sahabat sejati yang siap menghajarku sewaktu – waktu dengan nasihatnya.
Ini ceritaku dan seorang sahabat lelaki ku. Oke.. Kita flashback ke belakang aja,biar tau gimana perjuangan hidupku bersama – sama dengan dia….
Aku ingat saat pertama kali aku bertemu dengannya. Dia anak bertubuh besar. Ya,tipe anak bongsor begitulah,badannya tinggi dan berisi. Wajahnya cukup elok. Wajahnya campuran Portugis – China (sepertinya sih begitu.. ). Matanya coklat muda. Bulu matanya cukup lentik bagi seorang lelaki. Ku akui ia memang menarik untuk dipandang. Sejak pertama aku melihatnya,aku sudah tertarik padanya karena ia menghargai setiap wanita yang berteman dengannya,tidak seperti lelaki kebanyakan,dan akhirnya aku berharap bisa mengenalnya lebih jauh. Oke,aku buka 1 kedoknya lagi. Namanya Sammy,lelaki yang menjadi sahabatku sampai sekarang dan orang yang bisa dikatakan membuatku gila dengan ide – ide konyolnya itu.
Umurnya hanya terpaut beberapa bulan lebih tua dari aku. Walau hanya terpaut beberapa bulan lebih tua dari aku,ia bak pelita hidupku saat masaku mulai redup dan gelap. Ia memberiku banyak solusi yang terkadang gila menurutku.
Pertemuan pertamaku dengannya sangat tidak menarik,namun harus ku tulis untuk melengkapi kisah hidupku ini. Pertama kali aku bertemu di tempat kursus (les) metematika di kompleks sekolahku waktu itu. Sedikit mencuri pandang aku melihatnya. Waktu itu aku hanya memastikan ia teman satu sekolahku atau bukan,karena aku baru saja pindah dari sekolah lamaku.
“Cha,kamu kenal anak ini?” sambil cengengesan guru lesku itu bertanya padaku saat aku mengoreksikan pekerjaan ku padanya.
“Ngga.” Sambil tersenyum aku mengawasi nya tanpa sepengetahuannya.
“Ini anak yang ga bener si sekolahmu,masa ngga tau?” Guruku kembali bertanya padaku. Dan aku hanya bisa tersenyum saja melihat tingkahnya yang cukup bersahabat dengan guru itu.
“Hahahahaha… Ngga Ce,cece ini ngawur…” Ia tertawa,Sammy tertawa.
Yah,itulah pertemuan pertama ku dengannya. Dan aku sangat bersyukur hari itu karena aku mengenalnya. Rasanya aku bersemangat mengikuti serangkaian acara les yang menjemukan demi melihat tingkahnya yang aneh itu.
Hari berikutnya,sepulang sekolah aku langsung mengambil jatah makan siangku di rumah dan langsung menuju tempat les. Dan aku menemuinya. Tanpa ia tahu lagi,aku mengamati tingkahnya yang lucu.
“Ce,ini salah ngitung !! Hahaha…” Ia mengeluarkan komentar nya.
“Hey,ga Sam.. Guru selalu benar. Ada undang-undangnya lho… Pasal 1 , GURU SELALU BENAR. Pasal 2 , GURU SELALU BENAR. Pasal 3 dan selanjutnya KEMBALI KE PASAL 1 , GURU SELALU BENAR … Hahahahaha” Sontak seluruh kelas tertawa mendengar mereka berbicara seperti itu. Aku pun tak luput dari tertawa. Dan mulai hari itu kami saling sapa,walau hanya senyuman atau kata-kata sapaan lainnya. Dan aku bersyukur karena hal – hal kecil itu.
Hari demi hari di tempat les selalu ada tawa. Karena Sammy tentunya. Aku selalu mencuri pandang untuk mendapatkan gerak – gerik lucunya itu. Tanpa ia sadari,aku sudah satu langkah mengenalnya. Pada hari itu sepulang les ada tes Psikologi untuk anak-anak yang ingin mengikuti tes di tempat les itu. Tak ku sangka Sammy juga ikut. Dan beberapa teman sesekolahku. Tapi aku tidak terlalu menghiraukan Sammy karena mataku hanya untuk lembar-lembar kertas tes di depanku.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa meninggalkan komentar sobat, karena komentar sobat sangat berguna dan bermanfaat untuk perkembangan blog ini. Thanks You