Sabtu, 26 November 2011

0 NOTHING IS IMPPOSIBLE (EPILOG)

nnyeeoongg !!
ini ff terakhir sayaa sebelum hiatus ,, ^^
epilog nyaa bisa di sebut kea ONESHOOT --'
pingin tahu ? baca ajaa dahh ^^


Umma! Oppa nakal!"
"Eunhyuk, berhentilah mengganggu Hyejung."
"lihat saja mereka berdua seperti kucing dan anjing."
"DIAM KAU!" teriak Hyejung dan Eunhyuk bersamaan. Yang diteriaki hanya melebarkan mata, kaget dengan respon serempak itu.
"ya! Aku kan Cuma berpendapat!" teriaknya membela diri.
"sudah sudah. Rumah ini sebentar lagi bisa roboh. Karena teriakan kalian bertiga. Setiap pagi selalu ribut. Appa sampai pusing mendengarnya."
"aku tidak mau berangkat dengan Donghae!"
"siapa juga yang ingin berangkat denganmu. Enak saja." cibir Donghae dengan tatapan sinis yang dibuat-buat.
"benar. Jangan antar dia sekolah." Sahut Eunhyuk memanas-manasi Donghae yang sibuk mengoleskan roti untuk appanya. Hye mi hanya tersenyum melihat kejadian yang hampir seminggu ini terus berlangsung dirumahnya. Wajahnya sangat cerah dibanding hari-hari sebelum bertemu Donghae.
"ne! Aku tidak akan berangkat dengan kalian. Lihat saja…" Hyejung mengotak-atik ponselnya sambil berkacak pinggang. Geram melihat Donghae dan Eunhyuk cekikikan. Hye mi dan dong joo hanya bisa diam, tersenyum dan menikmati keadaan itu. "Siwon! Jemput aku! Palli!" teriak Hyejung langsung dengan bulir-bulir keringat di dahinya.
"ne… kita berangkat sekarang? Annyeong haseyo." Sapa Siwon yang baru saja masuk keruang makan dirumah Hyejung. Hyejung menutup flap ponselnya dengan geram. Sudah puas sekali Donghae dan Eunhyuk menertawakan Hyejung.
"umma, appa! Aku berangkat sekarang ya! Annyeong! Ayo Siwon…." Hyejung menarik lengan Siwon yang baru saja akan duduk di kursi untuk menikmati sarapan bersama yang lain. "jangan makan mulu." Sindir Hyejung. Sepanjang menuju mobil, Hyejung hanya diam mengerucutkan bibirnya. Di belakangnya Siwon berjalan dengan mengacak-acak rambutnya dan tangannya yang bebas memasukkan roti yang sempat disambarnya dari meja makan tadi. Sesekali tersenyum melihat tingkah kekanak-kanakan Hyejung. Dia tahu penderitaan baru Hyejung, yaitu sering mendapatkan keusilan dari kedua saudara prianya.
"makin cantik kalau marah." Sapa Siwon seraya membukakan pintu untuk Hyejung.
"makasih!" ucapnya sewot. Tanpa menunggu Siwon menutup pintunya, Hyejung menarik kasar pintu mobil. Hanya gelengan kepala yang diberikan Siwon untuk tingkah sensi Hyejung kali ini.
"hahahaha. Tenang saja, kau masih punya aku. Aku bisa membantumu melawan dua namja usil itu."
"tidak perlu."
"igo." Siwon memberikan sesuatu yang diambilnya dari jok belakang tanpa sepengetahuan Hyejung.
"waaaa! Coklat putih! Gomawo!" sikap Hyejung yang berubah tiba-tiba sudah tidak mengejutkan untuk Siwon. Begitulah sifat gadis yang masih dicintainya. Cepat berubah, 180°. Dilihatnya Hyejung yang sudah tersenyum melebar membuka bungkus coklat putih. Tiap pagi, entah itu coklat, bunga, keripik, atau hal-hal yang disukai Hyejung selalu ada dimobilnya. Melihat gadis pujaannya tersenyum dipagi hari…sarapan special untuknya.
"dasar…" Siwon mengacak-acak rambut Hyejung.
"aaa…berantakan Siwon-ah."
"anni. Seperti ini saja…" Siwon kembali mengacak-acak rambut heyjung. "cantik."
"tentu saja. Kalau aku tidak cantik, mana mungkin membuat seorang Siwon tergila-gila padaku."
"hahahahaha. Tentu saja."

***********************************************************************

Donghae POV

Aku mengetuk-ngetuk kartu nama yang ada di tanganku. Hari minggu, waktu yang tepat untuk jalan-jalan. Berulang kali aku melihat alamat rumah dengan nomor rumah yang ada didepanku. Cocok. Sudah cukup lama aku berhubungan dengan si pemilik rumah ini, tapi baru sekarang aku mendapatkan alamat rumahnya yang jelas. Tentu saja aku tidak mau kalah dengan Siwon dan Hyejung yang weekend kali ini sudah pergi bersama tadi pagi. Eunhyuk hyung dengan Hyunlie nuuna tentu saja sudah pergi untuk mempersiapkan pernikahan mereka. Haha, Eunhyuk hyung meminta langsung menikah. Terlalu lama menunggu kalau harus bertunangan dulu. Lagipula, aku yakin kalau mereka sudah saling mengenal satu sama lain. Sudah cukup lama mereka berteman.
"mencari siapa tuan?"
Suara seorang wanita memecahkan lamunan sesaatku. "ahh annyeong haseyo. Apa benar ini rumah Kim Jonghyun?" ucapku sambil membungkukkan badan kikuk.
"benar. Mencari tuan muda Jonghyun?" dahinya berkerut mencoba mengenaliku.
"anni. Aku sedang mencari…kim Jeong Hae. Apa dia ada dirumah?"
"ah tuan muda Jeong Hae? Tuan muda Jeong Hae tidak tinggal dirumah ini."
"mwo?" kalau Jeong Hae adik Jonghyun hyung, tentunya mereka serumah bukan? Kenapa Jeong Hae tidak tinggal disini?
"ne. Tuan muda Jeong Hae menetap di apartemennya sendiri. Sudah lama beliau tidak tinggal dirumah. Beliau lebih memilih untuk tinggal di apartemennya. Anda teman tuan muda Jeong Hae?" tanya ahjumma itu.
Ahh jadi begitu. Aku kira dia tinggal disini. Aku merutuki kebodohanku. Benarnya kemarin aku meminta alamat Jeong Hae pada Eunhyuk hyung, bukan alamat Jonghyun hyung. Ck.
"kau mencari adikku? Dia teman Jeong Hae ahjumma. Ahjumma masuk saja, aku mengenalnya." Jonghyun hyung turun dari tangga depan rumahnya, turun kehalaman menghampiriku. Postur tubuh Jonghyun hyung membuatku iri. Lengannya berotot, dari pakaian tanpa lengannya terlihat lebih bagus, baju yang ketat itu membuat terlihat bagaimana bentuk perutnya. "maaf aku masih berkeringat. Duduklah dulu. Aku selesai fitness ini tadi. Aku lupa mengatakan sesuatu padamu." Jonghyun hyung menyuruhku duduk di halaman sedangkan dia sibuk menyeka keringatnya.
"mengatakan apa hyung?"
"Jeong Hae sudah 2tahun ini tidak tinggal dirumah. Dia suka tinggal di apartemen yang dibelikan ayahku. Katanya ingin mandiri." Ku llihat senyum tipis di bibirnya. Kemudian mendesah pelan. "hhhah, dasar Jeong Hae. Kau mau menghampirinya? Gomawo ahjumma." Potongnya ketika 2cangkir teh hangat ada dimeja kecil dekatnya.
"ne hyung. Ingin mengajaknya jalan-jalan hari ini. Gwenchana?" tanyaku memastikan. Untuk basa-basi sedikitlah. Kekeke
"tentu saja tidak masalah. Sekarang Jeong Haenya mau tidak. Chakamman, aku telfonkan Jeong Hae dulu. Siapa tahu dia sudah ada janji." Tangan kirinya mengutak-atik ponsel sedangkan tangan kanannya menyerahkan secangkir teh hangat. Dengan sedikit gerakan matanya dia memintaku untuk meminum teh itu.
"gomawo."
Dia tersenyum sambil mengangguk. "yoebosoeyo sayang. Eoddiso?...ah begitu…ada acara hari ini? Dasar malas…jangan tidur melulu. Ini weekend…" aku tersenyum menebak-nebak apa yang dibicarakan Jeong Hae. Tentu saja hal yang lucu menurutku. "…aku mengerti. Bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan?... Neul Hyo? Dia juga ikut bersama kita nanti. Ne?...tidak akan aku mengabaikanmu saat jalan-jalan nanti… hahaha. Ne, emmmm setengah jam lagi aku kesitu… ya! Jangan berteriak!" aku menoleh kaget mendengar Jonghyun hyung menaikkan nada bicaranya. Ada apa? Aku menggerakkan bibirku.
"kalau tidak bisa, gwenchana."
Jonghyun hyung mengacungkan jempolnya pertanda tidak ada hal yang salah. "pokoknya setengah jam lagi. Daa… haahh dasar adik cerewet." Ucap Jonghyun hyung sambil meletakkan ponsel di meja. "setengah jam lagi kau kesana ya."
"lalu hyung siapa tadi… Neul Hyo? Nugu?" tanyaku. Karena nama itu terdengar asing untukku.
"ah Neul Hyo itu… seperti… ya semacam yoejachingu."
"semacam? Kalian pergi dengan kami kan?"
"tentu saja tidak. Kau tidak tahu urusan orang dewasa." Ejeknya bercanda. "kau dengan Jeong Hae saja. Aku ada urusan dengan Neul Hyo. Kurasa sebentar lagi orang itu datang kesini. Ahh iya, Jeong Hae memang lebih suka tinggal jauh dari orang tuaku. Katanya untuk apa tinggal dirumah kalau orang tuanya jarang dirumah. Tahu sendirikan, orang tuaku rekan bisnis orang tua Eunhyuk. Jadi mereka juga sering pergi ke cina meninggalkan aku dan Jeong Hae. 2tahun yang lalu, dia meminta sebuah apartemen pada ayahku. Melihat Jeong Hae merengek hebat, ayahku memberikan begitu saja." jeda sebentar saat dia menghisap pelan teh herbal sama seperti yang kuminum tadi. Sangat menenagkan perut pagi-pagi minum teh herbal. "tapi sebenarnya selama dia tidak serumah denganku, aku tetap sering pulang ke apartemennya juga. Dia adik perempuanku satu-satunya. Mana tega meninggalkannya sendirian di masa-masa yang sangat labil. Dia masih SMA. Dibawahmu satu tahun." Ucap Jonghyun hyung membuat segalanya lebih jelas.
"aku tahu kalau dia masih SMA hyung. Mana yoejachingumu…"
"annyeong…" tubuhku terputar cepat mendengar suara seorang yeoja. Kurasa ini dimaksud dengan Neul Hyo Neul Hyo tadi. "ahh, annyeong haseyo." Dia membungkuk ramah padaku. Merasa harus bersikap sama, aku berdiri dan membungkukkan badan sama sepertinya.
"annyeong haseyo. Silahkan duduk." Aku mempersilahkan dia duduk. Dia wanita tentu saja sebagai pria sudah sewajarnya seperti itu.
"anni anni. Kau duduk disini saja chagi. Haha." Jonghyun hyung menarik yoeja tadi duduk di kursinya. Sedangkan Jonghyun hyung duduk di tepi kursi. Kerutan kening terbentuk jelas di dahi Neul Hyo setelah mendengar ucapan chagi. Jonghyun melingkarkan sebelah lengannya ke pundak Neul Hyo. Yoeja itu hanya heran menatap dengan arti kenapa ini lengan ada di tubuhku? "kenalkan, dia adik Eunhyuk." Tunjuk Jonghyun hyung kearahku.
"Eunhyuk? Lee Hyukjae? Kedokteran juga itukan? Punya adik pria?"
"ini orang yang kapan hari aku ceritakan padamu." Jelas Jonghyun hyung. Membuatku tersenyum sedikit risih mendengar pertanyaan yoeja itu. Ahh…
"oh. Jeongsohamnida. Jeongmal jeongsohamnida. Shin Neul Hyo imnida." matanya memancarkan sedikit penyesalan mengatakan pertanyaan tadi.
"gwechana nuuna. Lee Donghae imnida. Yoejachingu Jonghyun hyung yang keberapa?" tanyaku basa-basi mencoba mencairkan suasana canggung saat ini. Langsung saja Jonghyun hyung bangkit dari tempat duduknya dan merogoh sakunya. Mengeluarkan sebuah dompet lalu…ah mengambil kartu nama lain dari dompetnya.
"igo. Sudah cepat ke apartemen Jeong Hae. Jangan mengatakan hal yang aneh-aneh pada dia. Ka!" ucapnya langsung sewot. Cubitan kecil mendarat di lengannya yang sudah kering. Dasar Jonghyun hyung rupanya lebih parah daripada Eunhyuk hyung kalau tentang yoeja. "kau…berhati-hatilah jika membawa adikku."
Layaknya memberi penghormatan pada komandan upacara, aku menempelkan ujung jariku di pelipis. "siap bos. Jeong Hae aman bersamaku. Kalau begitu…aku langsung pergi saja. Semoga saja dia masih ingat padaku. Nuuna… senang berkenalan denganmu. Aku pergi dulu. Annyeong!" teriakku mengiringi langkahku meninggalkan yang katanya sepasang kekasih. Sedikit keributan terdengar di telingaku, bukannya menjawab ucapan terakhirku. Ck. Sepenting itukah urusan orang dewasa? O-oh.

***************************************************************************

Seorang yoeja langsung melompat setelah menerima telfon mendadak di hari weekendnya kali ini. Tidak lama juga, dia sudah keluar dari kamar mandi. Dibalut handuk putih dan rambut yang terkuncir tinggi. "shit." Ucapnya berulang kali. Memakai pakaian, memakai celana, berdandan, tak hentinya dia mengumpat. "tidak bisakah dia membuat rencana tidak semendadak ini? Shit." Hampir saja dia terpeleset bungkus makanannya sendiri hingga tangannya meraih selimut diatas ranjang. "fuih. Awas saja kau kim Jonghyun." Geramnya penuh kesal. TING TONG. TING TONG.
"KIM JONGHYUN!" wanita itu mengangkat sebuah tongkat panjang yang sering dia gunakan untuk dance bersama teman-temannya. "cukup membuat keningmu merah didepan Neul Hyo eoni." Tangannya semakin mantap memegang tongkat panjang blaster hitam putih.
"ann…"
"KAU! YA! YA!"
"HEI! AUUWWW AUUUWWW! HOOOIIII!"
"KAU! DASAR KAKAK YANG TI…" alisnya saling bertautan. Pukulannya berhenti. Seorang pria mencoba menutupi kepalanya dari serangan mendadak itu. "…dak jadi. Nuguseyo?" ucapnya salah tingkah.
"aahhh, lenganku. Ya!" pulih dan sudah sadar sepenuhnya, amarah menyerang pria itu. Lengannya sakit karena pukulan keras. "KAU!"
"Lee Donghae? Aaa… aa…ku…jeongsohamnida. Jeongsohamnida. Jeongsohamnida. Jeong…"
"SAKIT! Haaahhh! Kenapa kau memukulku?!" teriak Donghae tidak terima. "punya salah denganmu saja tidak. Kenapa memukulku?!" tanyanya lagi.
Wajahnya menunjukkan tatapan merasa bersalah dan tidak tahu menahu kenapa ada Donghae di depan apartemennya. "aku kira…Jonghyun oppa. Karena… sebentar lagi dia kesini? Aahh iya, gwenchana? Pasti sakit. Masuklah." Jeong Hae membuang tongkat itu begitu saja dan menarik Donghae untuk duduk diruang tengah. Masih diliputi kekesalan, Donghae melemparkan begitu saja kunci mobilnya diatas meja. Membuka blazernya dan melihat sedikit memar dibalik blazernya tadi.
"apa yang yoeja gila itu lakukan…aish…" niatnya yang ingin mengajak Jeong Hae berweekend ria, kandas sudah setelah melihat kelakuan brutal Jeong Hae. Dia juga tahu kalau sebenarnya bukan dia sasaran Jeong Hae, tapi entah kenapa dia sangat dongkol melihat perlakuan Jeong Hae baru saja.
"jeongsohamnida Donghae-shi. Tidak bermaksud seperti itu. Biar ku obati sebentar memarmu." Teriaknya saat berada didapur. "coba ku…" matanya membelalak melihat Donghae seperti itu.
Menyadari ocehan Jeong Hae berhenti, Donghae mendongak melihat apa yang terjadi. "Wae?" tanyanya ketus.
"anniyo. Biar ku…obati memarmu." Sebenarnya dia sendiri sedikit terkejut melihat Donghae hanya memakai baju tanpa lengan yang memperlihatkan tubuh bagusnya. Jeong Hae sempat menahan nafas sebentar melihat Donghae, hingga akhirnya dia bisa bernafas normal dan duduk dibelakang Donghae. "sebelah…mana?" tanya Jeong Hae hati-hati.
"kau yakin mau mengobatinya?" tanya Donghae ragu-ragu. Jeong Hae hanya manggut-manggut kaku, kikuk seperti boneka kayu. Melihat respon singkat itu, Donghae membuka bajunya dan menunjuk rasa sakitnya. "ini." Bukan masalah jika harus mengobati memar kecil seperti itu, hanya saja… terasa sangat susah untuk Jeong Hae menelan ludah. Bagaimana tidak… seorang laki-laki sedang topples di depannya. Jujur baru Jonghyun yang sering melakukannya. "ayo cepat. Nyeri tau."
"ya…" pekiknya pelan saat Donghae menarik tangan Jeong Hae untuk mengobati lukanya itu.
"jangan melamun. Palli…!!" bentak Donghae. Kemudian dia menutup mulutnya. Seperti menahan sesuatu yang akan keluar dari mulutnya.
"ne…kenapa kau membentakku? Memintanya saja akan kulakukan." Sesal Jeong Hae dengan tatapan kosong walaupun tangannya pelan-pelan mengompres memar dengan es batu. "aku kan tidak tahu. Maafkan aku." sesalnya lagi.
"makanya! Jadi yoeja jangan keterlaluan! Kau tidak tahu kalau aku adik Eunhyuk hyung? Aish!"
"arrayo. Mianhe. Jeongmal mianheyo Donghae-shi."
"sudahlah!" Donghae menghempaskan tangan di punggungnya. Tentu saja membuat Jeong Hae terperanjat ketakutan. "sekarang… cepat kau kekamar! Cepat!" bentak Donghae dengan wajah merah padam.
"hoeh? Waeyo? Mau apa kau?!" Jeong Hae sedikit panic melihat perlakuan Donghae yang bertolak belakang dengan cerita oppanya.
"jangan banyak bicara!"
"apaan kau! Menjauh sana! Keluar!"
"shireo!"
"ini apartemenku! Aku bisa memanggil polisi!"
"panggil saja!"
"pergi! Cepat pergi!" bentak Jeong Hae murka.
"coba kalau bisa!"
"sebenarnya apa tujuanmu?!"
"kau ingin tahu… apa tujuanku!"
"ne! Katakan!" langkah Donghae yang terus maju dan membuat Jeong Hae berjalan mundur terhenti begitu saja. Nafasnya memburu. Tangannya terkepal, wajahnya merah padam. Keringat membasahi badannya yang tidak berpakaian. Matanya lurus memandang Jeong Hae. "cepat…katakan." Desis Jeong Hae sekali lagi.
"cepatlah." Nada bicara Donghae yang berubah begitu drastic membuat Jeong Hae mengerutkan kening. "oh ayolah, aku hanya ingin mengajakmu jalan-jalan hari ini. Walaupun baru bertemu 2x, pertama di balapan itu lalu waktu kau datang kerumahku dengan Jonghyun hyung tapi aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Kenapa kau memukuliku? Palli, ganti baju lalu keluar bersamaku. Aku ingin mengajakmu menghabiskan weekend kali ini. Anggap saja, kita kencan. Palli." Suara Donghae lebih terdengar memohon dan putus asa.
"HAAHH? DASAR KAU !!"

**************************************************************************

2minggu kemudian at Jeju island….

"kau lihat, yoejaku paling cantik disana."
PLAK. "sejak kapan dongsaengku jadi yoejamu?" timpal Jonghyun tidak terima.
"aish hyung, aku hanya bercanda."
"sebenarnya kau sudah jadian dengan Jeong Hae?"
"lalu sebenarnya kau sudah resmi dengan Hyejung?" balas Donghae dengan pertanyaan.
"hahaha. Kalian masih kecil, jangan memikirkan hal-hal seperti itu. Belajarlah dulu lalu jadi dokter seperti kami ber4."
"hyung sudah resmi dengan Neul Hyo nuuna?"
"hah?"
"waaaa ketahuan kalau hyung juga belum jadian." Sahut Siwon.
"eh? Apa yang kalian bicarakan?!"
"hahaha. Ketahuan, kita masih jomblo semua. Jangan sok memberi saran kita hyung. Neul Hyo nuuna saja belum men…"
"JANGAN BERISIK, HYUNLIE SUDAH DATANG!" bisik umma Eunhyuk. Ketiga namja pengganggu hanya menunduk merasa bersalah. Ini acara sakral, tapi ketiganya bercanda tak henti-henti. Dari kejauhan terlihat Hyejung, kemudian disusul Jeong Hae dan Neul Hyo membawa bunga di belakang Hyunlie.
"yoejaku datang juga…" desis ketiganya bersamaan.
"kau sudah kencan dengan dongsaengku?" tanya Jonghyun pelan seperti tidak menggerakkan bibirnya.
"tentu saja. Kenapa hyung?"
"pantas saja dia terus melihat kearahmu."
Sekali lagi, mata umma Eunhyuk membesar melihat ketiganya masih berbincang-bincang. Hyunlie dan Eunhyuk sudah berdiri di depan altar tempat mereka mengucapkan janji suci untuk sehidup semati. Saat-saat yang ditunggu pun akhirnya tiba. Semua benak orang disana menggumamkan kalimat yang sama. Dengan lantang Lee Hyukjae bersedia menjadi suami seorang Kim Hyunlie begitupula sebaliknya. Sorak bahagia terdengar setelah keduanya resmi menjadi sepasang suami istri.
"kau tahu! Mereka masih kuliah tapi sudah menikah!" ucap Jonghyun sedikit berteriak.
"memangnya kenapa?" tanya Siwon
"mana elit ke kampus dengan perut membuncit?"
"hahaha. Kurasa Eunhyuk hyung pasti memikirkan Hyunlie nuuna. Aku yakin." Sahut Donghae mantab.
"sepertinya ide bagus kalau aku menyusul Eunhyuk ke pelaminan dengan Neul Hyo."
"jadian saja belum! Mau menikah! Mana bisa!" teriak Donghae dan Siwon bersahutan.
"kalian juga belum jadian kenapa memojokkanku!"
"kata siapa? Ka…"
"jagi!" teriak Hyejung berlari menghampiri Siwon. Melingkarkan lengannya ke lengan Siwon dan bergelayutan manja dengan pakaian pengiring mempelai wanita.
"jagi?!" ucap Siwon tidak percaya. "se…"
"kita harus merayakan hari ini jagi. Kajja, kita kesana dengan yang lain." tidak mengerti apa yang dibicarakan Hyejung, Siwon hanya menurut saja setelah mendapat sebuah kedipan mata. Keduanya pergi meninggalkan Jonghyun dan Donghae yang kaget setengah mati.
"oppa!"
"ahh kau." Sahut Jonghyun.
"Donghae oppa, kajja kita kesana. Aku ingin menyoba makanan yang banyak saat di Jeju. Untuk apa kita disini. Aku boring."
"hah? Op…"
"kajja!"
"SEBENARNYA YANG MASIH JOMBLO ITU TINGGAL AKU HAH?!" desis Jonghyun frustasi.

***************************************************************************

Hyejung POV

Ketika kami sampai di taman belakang gedung ini, aku melepaskan tanganku yang melingkar di lengan Siwon. Sebuah bangku kosong ada di dekat kolam renang. Penat mendengar kebisingan di dalam, mungkin disini lebih nyaman. Kulepas sepatu high heelsku. Aahh lelahnya memakai sepatu seperti ini.
"kau memang tidak pantas memakai sepatu seperti itu."
"ne. Kakiku sedikit ngilu memakai sepatu setinggi itu." desahku pelan. Sambil membungkuk, kupijat pelan-pelan telapak kakiku. Cukup lama aku memakai sepatu itu, dari sore hingga malam ini tadi aku baru boleh melepaskannya. Ada-ada saja… "ya, apa yang kau lakukan?!"
"lebih baik?" harus kuakui, pijatan Siwon lebih enak dibanding pijatanku tadi. Lumayanlah. Aku mengangguk menjawab pertanyaan Siwon. Pelan-pelan dia memijat telapak kakiku. "kau tidak lapar?" tanyanya tanpa berhenti memijat kakiku.
Aku sedikit berpikir merasakan perutku. "sepertinya lapar. Kau lapar? Kenapa tidak makan didalam?" tanyaku. "sudah…sudah,gomawo." Aku menarik kakiku yang sudah lumayan baikan. Tidak selelah tadi.
"kau tidak ingin mie ramen?"
"ramen?"
"mau?" tanyanya lagi.
"pergi denganmu? Kajja!" teriakku antusias.

****************************************************************

Café tepi pantai pulau Jeju…

Seorang pria dan wanita duduk di sebuah café pinggir pantai. Menikmati angin semilir di akhir musim semi tahun ini. Sesekali mereka tertawa bersama, tertawa lepas. Tanpa keraguan mereka bersuara cukup keras, keadaan café kali ini sedang sepi pengunjung. Sebuah café yang lebih besar lebih menarik minat pengunjung dibanding café kecil dan sepi ini. Tapi inilah yang dicari 2orang remaja. Tak lama kemudian, pesanan yang mereka beli datang.
"ramen! Aku suka!" teriak si yoeja. "oppa, kau suka kan?"
"tentu saja aku suka. Kenapa tidak?"
"aku kira oppa tidak suka makanan murah seperti ini."
"anniyo. Aku juga suka. Kau lupa kalau aku dulu orang kalangan bawah? Aku sering makan makanan seperti ini." Sahut si namja. "jujur saja, makanan di dalan gedung tadi aku sedikit tidak menyukainya. Masih asing untukku, lalu tidak seenak makanan pinggir pantai, pinggir jalan. Lebih murah juga kan?"
"ne! Oppa yang traktir ya?"
"baiklah. Kau makan sepuasmu." Keduanya mulai makan seperti orang kelaparan tingkat akut. Walaupun mulut terus mengunyah, namun tatapan mata mereka sering beradu pandang. Beberapa detik saling memandang, hingga akhirnya mereka kembali menunduk lagi. "dimana namjachingumu?" tanya pria untuk basa-basi sesaat.
"aku? Hmmm…sampai sekarang belum punya namjachingu. Tapi beberapa bulan yang lalu aku putus dengan key. Kau tahu kan? Kalau Donghae oppa sendiri, siapa yoejachingunya?"
Donghae mengangkat kepalanya dan berhenti makan. Terlihat dari matanya kalau dia sedang memikirkan sesuatu. Hingga sumpitnya diletakkan dan dia melipat tangannya didada bertumpu pada meja. Menatap Jeong Hae sebentar, tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya keluar jendela. Timbul tatapan ketidakpercayaan melihat apa yang ada didepannya. Secepat itukah dia datang kalau sedang dipikirkan? Kembali berpikir, hingga sebuah kesimpulan dia dapatkan. "oppa melihat apa? Sesuatu yang me… Hyejung eoni? Siwon oppa?" ucap Jeong Hae tidak percaya setelah mengikuti arah tatapan mata Donghae. "maksud oppa…Hyejung nuuna dulu…?"
"ne. Aku dulu menyukai Hyejung, sebelum kenyataan mengatakan kalau dia saudara kembarku. Kurasa kau sudah mendengar dari Jonghyun hyung. Benarkan?"
"aku memang tahu kalau oppa dan Hyejung eoni saudara kandung yang sempat terpisah. Tapi aku…tidak tahu kalau oppa…menyukai eoni. Mianhe." ucapnya tanpa alasan.
"haaa, ne gwenchana. Itu masalalu. Sekarang kau bisa lihat, Hyejung bahagia dengan Siwon kan? Aku saudaranya. Kami memiliki ikatan batin yang kuat. Lihat saja, aku memikirkannya sebentar lalu dia sudah muncul di depanku. Hebat bukan?" ucap Donghae dengan nada yang tidak dibuat-buat.
"arraseo, aku setuju dengan oppa. Masih banyak yoeja, oppa bisa mendapatkan yang lebih baik!"
"kau benar. Ada banyak yoeja. Ngomong-ngomong, kau juga yoeja kan?" ucapnya mencoba mencairkan suasana yang sedikit canggung.
"lalu? Oppa mau menembakku?"
"haahh? Menem…bak?" ucap Donghae salting.
"aku yoeja, aku juga jomblo, aku  cantik, aku cute. Hahaha. Waeyo oppa?"
"ya… anni. Bukan seperti itu… aku Cuma ta…"
"jangan sekarang oppa. Nanti saja kalau mau menyukaiku. Ne?" ucap Jeong Hae sambil bercanda.
"waeyo? Hahaha. Ne ne , arra. Tidak sekarang. Nanti? Kuusahakan." Sahut Donghae dengan nada bercanda. Keduanya tertawa lepas setelah melakukan perbincangan yang tiba-tiba saja lebih blak-blakan walaupun hanya bercanda. Tidak ada cinta diantara mereka berdua, tapi dengan ucapan Donghae bahwa dia akan mencoba menyukai Jeong Hae. Benarkah? Apa memang seperti itu?
"cinta itu bisa dibiasakan oppa. Jangan takut tidak bisa mencintaiku. Asal kita terbiasa dengan orang itu, timbul ketergantungan. Dan aku percaya , kalau cinta bisa timbul karena terbiasa."
"ee? Ya! Kau ini kenapa cerewet sekali?!" Donghae mengacak-acak rambut Jeong Hae. Yoeja itu hanya membalas dengan menjulurkan lidah. Tawa kembali membahana di meja itu. Dibalik ucapan canda mereka, tersirat sebuah keseriusan untuk saling mencintai. "ngomong-ngomong, oppamu sudah jadian dengan Neul Hyo nuuna?"
"mwo? Kata siapa?"

*******************************************************************

Mungkin sedikit aneh, dua orang yang memakai baju pesta duduk diatas pasir. Walaupun bulan tidak begitu bersinar, tapi obor-obor di sekitar pantai itu cukup menerangi sekitar mereka. Deburan ombak yang tidak begitu berisik, membuat suasana semakin damai.
"sejak kapan ada obor disini?"
"tidak penting untuk dijawab," mendengar jawaban seperti itu, si yoeja hanya mengedikkan bahu. Tangan kanannya membawa ramen dan tangan kirinya sibuk membetulkan rambut yang berantakan karena angin. "Siwon, tolong bawakan sebentar." Dengan kaki terjulur kedepan, Hyejung mengikat rambut panjangnya dengan pita.
"kau suka suasana seperti ini?"
"hhmmm, sepertinya memang menyenangkan. Aku suka. Kau yang membuat suasananya menjadi seperti ini bukan? Obor, tidak ada orang, meja dinner, gambar hati di atas pasir itu, lalu… aaaa, piano putih itu kan."
"aish, aku sudah tahu kalau kau mampu menebak semuanya. Percuma saja." sesal Siwon.
"tenang saja. Aku akan pura-pura tidak tahu. Sudah cepat makan ramenmu." Keduanya sibuk menikmati ramen yang hampir dingin. Tidak ada suara canda, ataupun suara berisik lainnya. Hanya suara deburan ombak saja yang mengiringi mereka berdua. "sejak kapan kau menyiapkan ini semua?"
"tadi sore. Aku meminta Han Geng dan Taecyeon mengurus semua ini. Sepertinya percuma. Yasudahlah."
"aku suka."
"aku tahu kalau kau pasti suka. Tapi tidak surprise bukan. Baiklah, aku kurang kreatif." Sahut Siwon tanpa memandang Hyejung. Hyejung hanya diam sambil terus menyantap ramennya. Seulas senyuman terpatri dibibirnya mendengar penjelasan Siwon barusan. Waktu yang dipergunakan untuk makan rupanya lebih lama daripada yang dikira. Sesekali mereka menyelingi dengan acara melamun, sibuk dengan pikiran masing-masing.
"aku selesai." Hyejung bangkit dari duduknya. Dia berjalan mencoba mencari tempat sampah, membuang mangkuk sterofom mie ramen tadi. Siwon meletakkan mangkuk itu disebelahnya. Kemudian meletakkan kedua tangannya kebelakang, dengan posisi mendongak ia melihat langit bertumpu pada kedua tangannya. "gomawo." Siwon menatap Hyejung dari belakang. Gadis itu berdiri memandang lautan yang tidak bercahaya, rambutnya sudah terurai kembali karena pita rambut itu jatuh tertiup angin.
"untuk?"
"semuanya. Jeongmal gomawo." Ucapnya lirih namun jelas ditelinga Siwon. "aku sangat berterima kasih atas cintamu padaku."
"lalu?"
"entahlah…" mendengar jawaban yang menggantung, Siwon berdiri melangkah mendekati Hyejung. Siwon menggulung celana hitamnya hingga dibawah lutut , sepatunya ada disamping sepatu Hyejung , juga membuka 2buah kancing teratas di kemeja putihnya , dan tetap memakai tuxedo. Di belakang Hyejung, Siwon menatap kosong ke rambut Hyejung yang berterbangan tertiup angin. Hyejung melipat tangannya di dada. Menahan angin yang cukup keras dan lumayan dingin karena pakaiannya tidak sempurna menutupi seluruh tubuhnya.
"kapan?" Siwon maju seraya membuka tuxedo hitamnya. Perlahan dia menangkupkan tuxedonya ke tubuh Hyejung. "eottohke?" ucap Siwon lirih ditelinga Hyejung. Telapak tangannya masih ada di pundak Hyejung. Tangan putih Hyejung bergerak, menyentuh punggung tangan Siwon yang ada dipundaknya.
"kau ingin aku kapan membalas cintamu?"
"sesukamu. Aku menunggu."
"kau yakin?"
"kau tidak percaya padaku."
"aku hanya me…" ucapnya sedikit memekik terkejut ketika tiba-tiba Siwon menarik tangannya.
"aku menunggumu." Ucap Siwon dengan suara tenang. Namun tangannya tak hentinya membetulkan rambut Hyejung. Sesekali jarinya bersentuhan dengan leher Hyejung. Reflek saja, Hyejung memiringkan kepalanya yang sedikit geli karena sentuhan jari Siwon.
"hanya menanyakan Siwon."
"tidak perlu tanya lagi. Aku menunggu. Hatiku masih menganga.” Suasana hening ketika Siwon mengucapkannya. Tidak ada yang membuka mulut untuk berbicara. Tempat berdiri Siwon masih berjarak satu langkah dengan tempat berdiri Hyejung. ”aahh iya, chakamman. Berbaliklah, lihat aku.” Siwon menyentuh pundak Hyejung dan memutar tubuh ramping Hyejung menghadapnya. Walaupun remang-remang , mereka masih bisa melihat wajah orang didepannya. Dengan begitu jelas, sangat jelas. “mungkin kau suka.” Kata Siwon. Kemudian mengeluarkan sebuah kain hitam dari saku tuxedonya yang dipakai Hyejung. “pejamkan matamu.” Merasa tidak ada gunanya untuk bertanya, karena tentu saja Siwon akan menolak untuk memberi tahu apa maksudnya.
“mau apa kau?”
“tenang saja. Tidak akan ada yang terluka. Hehe. Sebentar…” dengan sigap, Siwon menutup mata Hyejung dengan kain hitam yang dibawanya tadi. Hyejung mencoba melihat dengan mendongakkan kepala berharap bisa melihat apa yang akan dilakukan Siwon. Namun tidak ada tanda-tanda sesuatu yang aneh. “dan…pakai ini juga. Selesai.”
“apa ini?” Hyejung mencoba meraba telinganya. “earphone?” Dari earphone, Hyejung hanya mendengar lagu-lagu didalam playlist.
“tunggu sebentar.” Ucapnya walau dia tahu itu akan percuma saja, Hyejung tidak bisa mendengar apa-apa kecuali lagu dari earphone.Siwon berjalan melewati Hyejung. Dari kejauhan ada beberapa cahaya berjalan. Senyum kepuasaan jelas terlihat di wajah Siwon. Dia kembali ke hadapan Hyejung yang perlahan menikmati alunan lagu.
“yaa! Ya Siwon! Apa-apaan kau…”
“jangan buka!” Ucap Siwon sedikit membentak. “ah mianhe. Hehe. Jangan dibuka tutup matanya.” Ucap Siwon sedikit keras agar Hyejung bisa mendengarnya. Selangkah, 2langkah, Siwon berjalan dengan membopong Hyejung di lengannya. Sama ketika dia membopong Hyejung ketika hujan saat itu. Langkah Siwon menuju ke sebuah jembatan kayu yang menjorok ke laut. Duukk duuukkk, bunyi langkah Siwon terdengar melewati jembatan kayu, tempat bersandarnya kapal dan lainnya. Sampai ditujuannya, dia menurunkan Hyejung perlahan. Menyentuh pundak Hyejung dan menuntun Hyejung untuk berjalan beberapa langkah lagi. “awas ada tangga. Pelan-pelan…”
“ini dimana? Bisa aku buka mataku?” Tidak mendengar jawaban dari Siwon, Hyejung membatalkan niatnya untuk membuka penutup matanya. Siwon belum memintanya melakukan sesuatu.
“nah sampai.”
“Siwon… angin disini lebih keras?”
“benar. Coba tebak lagi.”
“dan… bergetar.” Tambah Hyejung.
“lalu apa lagi?”
“ini…diatas lantai. Bukan pasir lagi… dimana Siwon?”
“eemmm, apa yang bisa kau tebak lagi?”
“bau…wine?”
“ne. Lalu?”
“ada goyangan juga.”
“tentu saja. Ada lagi?”
“ada tangga disana tadi…”
“jadi?”
“benar dugaanku. Kapal pesiar.”
“buka matamu.”
Hyejung membuka penutup matanya. Matanya sedikit mengerjap menyesuaikan dengan apa yang dilihat. Di depannya terbantang laut yang luas tanpa ujung. Tapi di kejauhan juga, dia bisa melihat kecil-kecil lampu restoran tadi. Indah… hanya itu ungkapan Hyejung untuk apa yang dilihatnya.
“menutup telinga agar tak mendengar suara kapal ini datang, menutup mataku agar tak melihat kapal ini datang. Kejutan disana, hanya…pengecoh?”
“kau benar. Tapi kau baru tahu kan kalau itu kejutan pengecoh?”
“ne, untuk yang ini aku tidak bisa menebaknya tadi. Tidak tergambar di pikiranku.
Siwon tersenyum mendengar ucapan Hyejung. Sesuai dugaan Hyejung, diatas kapal pesiar yang berjalan pelan membelah lautan Siwon menuangkan wine kedalam 2gelas. Hyejung yang lebih memilih berdiri merasakan angin malam di Jeju menyesap pelan wine yang diberi Siwon.
“aku senang kalau kau suka dengan apa yang kuberi untukmu.” Ucap Siwon memecah kesunyian. “tentu saja… ini semua tidak sesimple yang kau bayangkan. Aku…jujur memiliki tujuan untuk semua ini.”
“aku tahu itu Siwon.”
“entahlah, aku sudah kehabisan akal untuk memikatmu lagi. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, mestinya ini hal terakhir yang kulakukan untukmu. Bukannya aku putus asa, tapi itu semua karena aku yakin belum saatnya untuk kau terpikat olehku. Dan bisa saja…malam ini adalah malam terindah untukku.”
“terindah juga untukku. Asal kau tahu itu. Kau… sudah tidak perlu memikatku lagi. Aku sudah terpikat olehmu.”
Kaki Siwon tergerak untuk maju 2langkah, sejajar dengan posisi Hyejung. Keduanya kembali menyesap wine yang ada ditangannya.“awal kali kita bertemu, kita adalah rival. Kau tentu masih ingat. Lalu menjadi teman, hingga akhirnya aku terpikat olehmu.”
“dulu aku terpikat oleh Donghae. Sekarang…bisa dibilang sudah beralih padamu.” Siwon meneguk habis wine yang ada digelasnya. Beda dengan Hyejung yang lebih memilih meletakkan gelas masih berisi wine di meja. Dengan memasukkan kedua tangannya ke saku, Siwon mendekati Hyejung yang mendekap erat tubuhnya dengan balutan tuxedo Siwon. Walaupun antara keduanya masih ada jarak.
“ne benar. Waktu kita bertengkar di sekolahan, lalu kompetisi nilai itu. Aku pemenangnya bukan?”
“ne kau benar. Hahahaha. Jika aku mengingatmu saat ulangan, aish jinca. Kenapa dulu kau begitu bodoh? Hahaha”
“that should be me making you laugh…” desisnya setelah melihat Hyejung tertawa.
“ne?” Celetuk Hyejung tidak paham dengan ucapan Siwon barusan.
Perlahan lagi, Siwon mendekat ke Hyejung hingga tidak ada jarak diantara mereka. Hyejung tersenyum melihat tingkah Siwon yang seperti itu diatas kapal pesiar yang masih terus berjalan. “that should be me always in your side…”
Kepala Hyejung berputar, dan kini mereka saling berhadapan walau tubuh mereka tak saling berhadapan. Jarak wajah mereka pun tak begitu jauh. “that should be me the owner of your heart…”
Siwon melihat kesamping, tangan kanan Hyejung yang bebas ada disampingnya. Jemarinya masuk ke dalam sela-sela tangan Hyejung. “that should be me holding your hand…”
Sebuah remote kecil di tangan kanan Siwon tergenggam rapat. Sebuah tombol baru saja ditekan oleh Siwon. DUUUAAARRRR DDUUUUAAARRRRR. Semburat warna-warni kembang api menghiasi langit diatas kapal pesiar. Tidak bisa digambarkan dengan jelas, bagaimana kebahagiaan yang terpancar di wajah Hyejung. Yoeja itu hanya mendongak, tersenyum lepas dan semakin mempererat genggaman tangannya. Beberapa saat mereka ber2 terpukau dengan pertunjukan kembang api. Hingga hening kembali menyelimuti ditemani suara deburan ombak. “that should be me giving you a happines…”
Tangan kanan Siwon kembali bergerak. Tidak hentinya Siwon melakukan hal-hal yang mengejutkan untuk Hyejung. Kali ini dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak merah kecil. Dia melepas genggaman tangan Hyejung untuk membuka kotak merah itu. Sebuah cincin putih , H ♥ S ada didalam kotak merah itu. Kedua mata Hyejung semakin melebar ketika Siwon meraih tangannya lagi. “that should be buying you gift…”
“ahh…” pekik Hyejung pelan.setelah cincin itu terpasang indah di jari manisnya, Hyejung sedikit melompat memeluk Siwon. Dia memeluk dengan sangat eraaatttt… “that should be me…that should be me Hyejung…”
“arrayo… that should be you the person who I loved.” Balas Hyejung untuk pertama kalinya.  “aku mencintaimu Siwon. Aku sudah menyadari, aku mencintaimu… ”
“aku sangat mencintaimu…sangat…mencintaimu…” kata Siwon tepat ditelinga Hyejung. Terhanyut dalam buaian cinta di dalam pelukan membuat keduanya tidak ingin melepaskan pelukan hangat itu. Wajah Siwon tenggelam di pundak Hyejung, dia memeluk Hyejung sangat dalam.
“Siwon… aku tahu. Aku tahu… tidak ada yang tidak mungkin semuanya mungkin saja terjadi.”
“nothing is impossible…”
“ne, kau benar. Gomawo. Jeongmal gomawo. Apa yang bisa kuberikan untuk membalas semua perlakuaan baikmu padaku?”
“still with me… that should be me… feeling… your kiss…”

****************************************************************************************

Other place…

“apa yang kita lakukan disini Jonghyun-ah?” desis Neul Hyo di dalam kapal pesiar
“Siwon memintaku untuk menyalakan kembang api ini nanti. Kau mau kan menemaniku?”
“hhhmmm, baiklah. Aku akan menemanimu sampai selesai.”
“Neul Hyo-ah, kau… tidak ingin menjadi yoejachinguku?” Celetuk Jonghyun tiba-tiba.
“hah? Maksudmu dengan ‘tidak ingin menjadi yoejachingumu’? Kau… sedang menyatakan cinta atau ingin mengajak bercanda?”
“aku sedang serius ini…”
“nada bicaramu seperti bercanda. Lagipula… hhmmm seperti yang kuperkirakan.” Sahut Neul Hyo tanpa merasa aneh sedikitpun.
“maksudmu?”
“aku sudah memperkirakan kalau kau akan menyatakan cinta padaku.”
“ne?!” Pekik Jonghyun kaget. “kalau begitu… aku juga sudah memperkirakan kalau kau akan menjadi yoejachinguku.” Sahut Jonghyun semangat.
“rupanya perkiraan kita… tepat semua.”

END :)

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa meninggalkan komentar sobat, karena komentar sobat sangat berguna dan bermanfaat untuk perkembangan blog ini. Thanks You

 

AiyFeb Selalu Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates