Senin, 15 Agustus 2011

0 Cerpen - Kerudung Kenangan

Begitu panas rasanya, ingin ku melepasnya, selalu saja ibu memaksa memakainya, kenapa aku sekolah disekolah islam ?
Ketika panas matahari menyinari bumi, aku pulang dengan berjalan kaki. Ketika sesampai dirumah... “ Ma, mana makanannya ? “Tanyaku sebal “, ada apa sih sayang, pulang-pulang kok marah-marah.
Sebenarnya ibu juga mengetahui kalau aku sangat sebal kepada kerudung, tetapi ibu selalu berkata kalau aku cantik memakai kerudung. Aku merasa bosan dengan rayuan ibuku. “ Santi... Santi... makan siangnya sudah siap, ayo cepat turun!” suara ibu memanggil dari bawah, tanpa menyahut aku menuruni anak tangga dengan berat hati, karena aku malas untuk bertemu ibu, betapa terenung hatiku melihat senyum ibuku yang ikhlas tanpa beban, padahal belakangan ini aku selalu membuat hatinya sakit.
Tanpa bicara aku segera duduk, aku teringat ayah ku yang biasanya selalu duduk disebelah kananku, tanpa bisa kutahan akupun menangis.” Ada apa san ? kenapa kamu menangis ? apa kamu ada masalah di sekolah ? “ Tanya ibuku dengan sabar.” Tapi hanya gelengan yang aku berikan, ibuku menatapku ingin ku katakan. Aku terlalu takut akan menyakiti hati ibuku.
Aku tahu ibu akan sedih jika aku bertanya tentang ayah, tapi hari ini harus! Batinku. Bu...! dimana ayah sekarang tanyaku! Tanyaku tanpa mampu mengangkat wajahku. Lama sekali sampai ku dengar hembusan nafasnya berat, kuangkat wajahku untuk menatap mata ibuku ada sebaris luka dan kelelahan disana. Tanpa berbicara beliau berlalu sambil menangis.
Mengapa selalu begitu setiap kali aku tanya ayah. Lama aku berdiam diri di meja makan. Ingatanku melayang kembali kemasa 4 tahun lalu pada saat ulang tahunku yang ke-10. Ayah memberikan sebuah kado yang tidak pernah aku sangka-sangka, sebuah kerudung warna pink, ayah yang tahu bahwa aku suka sekali warna pink. Tanpa ragu-ragu beliau memakaikannya di kepalaku. Kamu cantik! Bisik beliau di telinganku, sebersih rasa heran memenuhi sanubariku bukankah ayahku beragama kristen, mengapa beliau menghadiakan  kerudung ini untukku. Kulihat ibu menangis saat ayah  memberikannya. Saat itulah terakhir kali aku bertemu  ayah dan aku tak pernah lagi menyentuhnya, entah kenapa saat itu aku sangat ingin melihat kerudung itu lagi. Saat aku akan memakainya  tiba-tiba ada sebuah kertas jatuh diantara lipatan kerudung itu. Ku ambil dan setelah ku perhatikan tenyata itu tulisan ayahku. Pelan-pelan ku baca.” Selamat ulang tahun anakku sayang, semoga engkau selalu dalam perlindungan-Nya.” Anakku entah mengapa ketika ayah meikirkan sebuah kado terlintas pikira ayah untuk memberikan sebuah kerudung. Lalu ayah membayangkan kamu memakainya, kamu akan terlihat cantik. Ayah akan bercerita  sedikit, mengapa  ayah sampai  memberikan kado untuk untukmu. Suatu hari ayah bermimpi melihat sebuah masjid, ayah melihat kamu  dan ibu memasuki bersama. Dan kau memanggil  ayah untuk ikut masuk bersama tetapi belum sampai ayah menginjakkan kaki diterasnya ayah sudah terbangun. Mimpi itu selalu datang pada ayah setiap hari. Ayah fikir itu adlah  petunjuk dari Tuhannya orang islam. Ayah  bermaksud menyampaikannya kepada ibumu, tetapi ayah pergi mencari  kebenaran baru ayah akan kembali. Anakku pesan ayah padamu jagalah ibumu, hormatilah  beliau dan satu pesan ayah peluklah agama islam karena agama islam adalah agama yang benar. Itu saja pesan dari ayah jaga dirimu baik-baik anakku.” Surat yang panjang itu membuka mata hatiku kenapa tidak pernah lagi aku menyentuhnya  sejak kepergian ayah. Karena kerudung itu  membuatku  kehilangan ayah. Karena perbedaan agama, ayah pergi meninggalkan kami. Setelah berlari aku memberitahukan kepada ibu tentang berita itu. Pelan-pelan ku buka pintu kamar beliau, kulihat beliau sedang menangis. Ku berlari dan memeluknya.
“ Maafkan aku bu, aku telah banyak menyusahkan ibu, bahkan membuat hati ibu sakit.” Tidak sayang, memang sudah saatnya kamu  tahu tentang ayahmu. Selama ini ibu menyembunyikannya darimu, karena ibu takut akan kehilanganmu.” Tidak bu, aku tidak akan pernah lagi meninggalkan ibu, aku berjanji tidak akan pernah lagi menyakiti hati ibu.
Dengan nafas yang berat ibu mulai bercerita, dan akhirnya beliau katakan bahwa ayah mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan. Tak kuingat lagi perkataan ibu jangtungku seakan berhenti berdetak, rasanya sakit sekali.
Saat aku terbangun ibu berada  di sampingku terus menangis. Begitu tahu aku terbangun ibu ingin memanggil dokter. Tapi ku cegah “ Tidak bu !”. jawabku pelan. Aku ingin bersama ibu. Bu aku bertemu dengan ayah! Kataku pelan. Ayah mengajakku ke masjid Bu, aku sangat merindukan ayah suaraku semakin pelan ibu mendengar sambil menangis dan akupun tak sadarkan diri lagi. Sayup-sayup ku dengar suara ibu memanggil namaku dan segeralah beliau menghubungi dokter. Akupun tak ingat apa-apa.
Ku lihat ibuku menangis sambil terus menggoncangkan tubuhku, rasa sakit sudah hilang aku merasa ringan, tiba-tiba aku melihat ayahku, berlarilah aku dan memeluk beliau.

THE END

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa meninggalkan komentar sobat, karena komentar sobat sangat berguna dan bermanfaat untuk perkembangan blog ini. Thanks You

 

AiyFeb Selalu Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates